Title : At The Last Moment
Author: Baby_Panda
Cast : Park Chanyeol, Lee Hani
Genre : Romance, friendship, school life, sad
Rating : Teen
Summary : ‘Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya’
Story Begin...
Bulan desember hampir berakhir, setiap orang akan memberikan
resolusi untuk tahun baru yang akan datang. Seperti yang mereka lakukan,
siswa SMA di sekolah Genie High School. Mereka mulai menyusun rencana
untuk merayakan tahun baru. Mulai dari pergi bersama orang yang mereka
sayangi dan merencanakan pesta yang meriah di tahun baru. Tapi, tidak
dengan yeoja yang terus saja melipat kertas origami ini. Yeoja yang
bernama Lee Hani tersebut menuliskan kata-kata tiap bentuk kertas
origami yang ia lipat. Kedua temannya sejak tadi memerhatikannya. Hani
terlihat terlalu sibuk dengan kertas origami yang ia bentuk bintang itu.
Mereka pun akhirnya bertanya pada Hani.
“Apa kau tidak membuat rencana akhir tahun?” Tanya yeoja yang bernama Lee Seul Bi itu pada Hani.
“Ani.” balas singkat Hani.
“Apa kau berencana untuk menemui namja itu lagi?” kali ini Nam Gyu Hee yang bertanya.
“Namja siapa yang kau maksud?” Hani menghentikan lipatan kertas origaminya dan memandang temannya itu.
“Ah… itu maksudku… namja yang menjadi temanmu itu, Park Chanyeol.” Ucap Gyu Hee.
“Oh… iya, aku akan memberinya kejutan padanya.” Balas Hani dengan senyuman yang terukir disudut bibirnya.
“Aishhh… kau memperdulikan namja itu lagi. Apa hebatnya dia, namja
bodoh yang kau temui itu terlihat aneh bagiku.” Ujar Seul Bi kesal.
“Apa kau bilang? Namja bodoh? Tidak seharusnya kau berucap seperti
itu.” Hani terlihat marah ketika namja yang sebagai temannya itu
dikatakan bodoh oleh temannya sendiri.
“Ya, apalagi kalau bukan bodoh? Dia tidak sekolah setelah ia pindah
ke Seoul dan dia juga penyendiri, temannya hanya kau. Semua orang tidak
ingin berteman dengannya, berpikir bahwa tidak ada gunanya berteman
dengan orang yang tidak sekolah dan tidak tau asal usulnya.” Oceh Seul
Bi. Hani menggepalkan kedua tangannya rasanya ingin sekali ia menyumbat
mulut Seul Bi dengan tangannya sendiri.
“Ya!… Lee Seul Bi-ah hentikan ocehanmu. Kau membuat Hani semakin
marah padamu.” Gyu Hee meminta agar Seul Bi menghentikan kata-kata
kasarnya. Ia tau bahwa temannya tersebut tidak menyukai namja yang
selalu dekat dengan Hani. Hani mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri
dan bersikap sabar menghadapi temannya itu, Hani pun akhirnya
melanjutkan kegiatannya melipat kertas origami.
“Dia tidak bodoh, dia tau apa yang dia lakukan sama seperti remaja
lainnya. Hanya saja dia tidak mempunyai seragam dan tidak pergi
kesekolah. Itulah yang membedakannya dengan kita. Tapi, kalau kau tau
bagaimana dia bersikap, berperilaku, dan menghargai apa yang ia punya?
Kau akan memikir dua kali untuk mengucapkan bahwa dia bodoh.” Balas Hani
seraya mengarahkan matanya pada Seul Bi.
“Tapi kan,… tetap saja Dia tidak sekolah, itu yang orang tau.” Ucap Seul Bi.
“Ya,… kenapa kalian jadi bertengkar hanya karna namja itu?” Gyu Hee
pun mencoba melerai perkelahian mulut atara kedua temannya tersebut.
“Oh iya, Hani untuk apa kau melipat kertas origami ini? sungguh
kekanak-kanakkan.” Lanjut Gyu Hee, ia pun mengambil beberapa origami
yang sudah
berbentuk dan melihatnya heran.
“Aku akan memberikan ini untuknya
sebagai penyemangat.” Balas Hani, ia memandang toples kaca itu dengan tatapan sedih.
“Penyemangat apa maksudmu? Penyemangat agar dia tidak bodoh?” Seul
Bi berucap seakan dia akan menang bila beradu mulut dengan Hani.
“Aishh… yak… Lee Seul Bi!” lerai Gyu Hee.
Gyu Hee terlihat tertarik dengan kertas origami itu. Kemudian ia pun
membuka rangkaian origami yang telah dilipat oleh Hani. Ia menemukan
sebuah rangakian kata-kata semangat yang ditulis untuk Chanyeol. Gyu Hee
tidak percaya atas apa yang ia baca dalam kertas origami itu. Ia
kemudian menggambil beberapa kertas origami lagi dan memastikan bahwa
apa yang ia baca tidak salah. Seul Bi bingung dengan tingkah laku
temannya itu pun ikut mengambil kertas origami yang terlah dilipat Hani.
Seul Bi membulatkan matanya saat rangkaian kata penyemangat itu
tertulis indah didalamnya. Ini sungguh diluar dugaan.
“Bagaimana bisa?” Tanya serentak kedua teman Hani.
---o0o---
Disuatu tempat yang nyaman dan bisa dikatakan sangat nyaman. Seorang
namja kini tengah berkutik pada buku catatannya dan pena hitamnnya
sejak beberapa menit yang lalu. Ia mengairi kertas itu dengan cairan
pena dan membentuk rangkaian kalimat yang mempunyai makna. Namja yang
kini tengah berada didalam kamarnya itu pun menutup kembali buku
catatannya dan beranjak dari kasur empuknya. Park chanyeol, namja yang
kerap menjadi topik perbincangan teman-teman Hani disekolah. Ia melihat
kearah jendela kamarnya dan memandangi jalan diluar rumahnya. Berharap
bahwa Hani akan cepat datang kerumahnya.
Sudah dua tahun berlalu kebersamaan mereka. Semua itu berawal ketika
akhir tahun pada dua tahun yang lalu. Ketika mengingatnya Chanyeol
selalu tersenyum dan tidak bisa melupakannya. Kalau saja bukan karna
penyakit yang ia derita satu tahun yang lalu mungkin ia akan sangat
senang berteman dengan Hani. Tapi penyakit itu datang bagaikan monster
yang menghancurkan kehidupannya. Penyakit mematikan itulah yang
membuatnya tidak bisa sekolah, dan tidak bisa terlalu bergaul dengan
orang lain. Tapi Hani beda, yeoja itu tidak mengetahuinya dan selalu
menganggap Chanyeol sebagai namja yang kuat dan akan selalu menjadi
temannya.
Air mata itu mengalir lagi tanpa diperintah oleh tuannya. Chanyeol
menangis dalam diam meratapi nasibnya yang tidak sejalan dengan yang ia
inginkan seperti didalam catatan yang baru saja ia tulis. Tiba-tiba
kepalanya begitu sakit dan terasa sangat sakit. Chanyeol memegangi
kepalanya. Ia meringis kesakitan. Sakit kepala seperti itu sudah ia
rasakan beberapa kali dalam satu tahun terakhir. Chaenyol berjalan
menuju nakasnya dan mengambil obat pereda nyeri lalu segera meminumnya
berharap agar sakit kepala itu akan hilang. Chanyeol tidak merasakan
obat itu berjalan sesuai kegunaannya, kepalanya tetap sakit dan
tiba-tiba saja matanya mulai kabur. Chanyeol terduduk disamping
kasurnya. Ia memegang erat selimut dikasurnya untuk menahan rasa sakit
yang ia rasakan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Chanyeol pun tidak
sadarkan diri.
Sirine ambulan begitu terdengar disepanjang perjalanan. Mobil
ambulan dengan sangat cepat melaju ke rumah sakit untuk menyelamatkan
Chanyeol yang kini tengah tidak sadarkan diri di dalam mobil itu.
Beberapa perawat dan dokter pun memberikan pertolongan pertama pada
Chanyeol seperti memberikan suntikkan dan oksigen.
---o0o---
Hani sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia kemudian memasukkan semua
kertas origami itu ke dalam toples kaca dan menyimpannya didalam laci
meja belajarnya. Sekolah itu sudah terlihat sepi sejak beberapa menit
yang lalu. Tapi, Hani belum pulang ditempat yang menurut siswa lainnya
membosankan itu. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk menyelesiakan
lipatan origaminya. Hani pun keluar dari kelasnya, saat itu tiba-tiba
phone cellnya berdering lalu Ia mengangkatnya.
“Hani-ssi, Park Chanyeol… tuan muda, dia jatuh pingsan dan sekarang
berada dirumah sakit Seoul.” Belum sempat ia bicara seseorang dibalik
telepon langsung memberikan kabar buruk padanya. Hani mematikan
phonecellnya segera dan berlari menuju parkir sepedanya.
Hani mengayuh sepedanya menuju rumah sakit Seoul. Ia sudah pernah
merasakan bahwa hal ini akan terjadi dan itulah yang ia takutkan. Hani
menangis saat dalam perjalanan. Ia mengayuh sepedanya dengan begitu
cepat tanpa melihat ke arah lain. Dan hal yang lebih buruk pun terjadi,
diarah yang berlawanan sebuah truk besar melaju dengan kecepatan diatas
rata-rata. Hani dengan langsung membelokkan sepedanya tanpa memandang
kanan dan kirinya. Klakson truk itu pun menggema, Hani melihat kearah
samping dan Truk itu menabraknya.
“Aaaahhhkkk…….” Hani berteriak sekuat mungkin tapi Truk besar itu tidak dalam mengelak lagi.
BRAKKKK……!!!!!
Tubuhnya terjatuh dan terhempas ke aspal yang panas. Darah segar
keluar dari kepalanya, tubuhnya kini tidak sadarkan diri. Waktu begitu
cepat terjadi hanya hitungan detik tubuh yeoja itu sudah bergelumuran
darah dari kepalanya. Sang supir truk pun mulai panic dan segera
menelpon 119 untuk menyelamatkan nyawa yeoja yang tengah tergeletak
diaspal panas itu karna dirinya.
---o0o---
Hari ini rumah sakit Seoul mendapatkan dua pasien yang harus
melakukan operasi dalam waktu yang bersamaan. Untung saja mereka
memilikki dokter yang tidak dikatakan sedikit. Keluarga dari kedua
pasien sudah menunggu sejak tadi, mereka berdoa yang terbaik untuk kedua
orang yang mereka sayangi. Pasien pertama yang sudah mengidap penyakit
kanker otak sejak satu tahun terakhir ini mendapatkan seorang dokter
ahli beda saraf yang juga sudah menjadi dokter keluarganya sendiri,
pasien itu bernama Park Chanyeol.
Diwaktu yang sama tapi ditempat yang berbeda seorang pasien yang
bernama Lee Hani melakukan operasi kepala hal itu dikarenakan kecelakaan
yang ia alami beberapa jam yang lalu. Lampu operasi pun dinyalakan,
semua perawat dan dokter berusa semaksimal mungkin untuk dapat
menyelamatkan nyawa pasien dan juga menyembuhkan mereka.
Dalam tidurnya Chanyeol bermimpi bertemu dengan Hani sahabat
satu-satunya dan yeoja yang ia cintai. Chanyeol berjalan mendekati Hani
yang kini tengah membelakanginya. Chanyeol memanggil Hani dan ia
membalikkan badannya. Gadis itu tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa,
tidak tersenyum, tidak senang, ataupun tidak khawatir. Ekspresi datar
gadis itu membuat Chanyeol bingung. Gadis itu seakan tidak ingin
berbicara dan malah berjalan meninggalkan Chanyeol ditempat itu.
Chanyeol mengikuti Hani tapi lambat laun sosok yeoja itu seakan
menghilang dibalik kegelapan. Chanyeol memandang sekelilingnya, tidak
ada seorang pun disana. Suasana gelap yang terasa membuatnya heran dan
semakin takut dan takut.
Akhirnya beberapa jam telah ia lewati masa operasi berjalan dengan
lancar, tapi hari ini sudah hari ketiga dan barulah Chanyeol sadarkan
diri. Ia melihat sekeliling ruangan yang kini ia tempati. Tidak seperti
dalam mimpinya, gelap. Tempat itu berwarna putih dan tidak terlihat
menakutkan baginya. Beberapa menit setelah ia siuman Chanyeol
mendapatkan perawatan medis dari beberapa suster yang sejak beberapa
hari yang lalu menjaga pasien kelas VIP itu.
Seorang namja paruh baya datang dengan senyuman yang sangat indah
dan bahkan lelaki itu seakan hendak menangis bahagia. Ia adalah Paman
Kim, paman yang selalu menjaganya selama di rumah besar itu. Sebelumnya
Paman Kim adalah seorang asisten bagi Chanyeol tapi setelah beberapa
waktu berlalu Chanyeol sudah menganggapnya sebagai pamannya sendiri.
“Tuan muda, anda sudah siuman. Syukurlah.” Gembira paman Kim.
Chanyeol melihat sekelilingnya tidak ada siapa pun kecuali paman Kim. Ia
berharap agar nenek dan ibunya datang untuk menjenguknya. Mungkin kedua
yeoja itu akan datang setelah ia berada didalam tanah, pikir Chanyeol.
“Mereka tidak datang?” Tanya Chanyeol. Paman Kim terlihat bingung
untuk menjawab pertanyaan tuan mudanya tersebut, takut akan menyakiti
perasaannya lagi.
“Maaf tuan muda. Nyonya besar dan nyonya muda mereka belum datang.
Tapi mereka janji akan datang beberapa hari lagi.” Balas paman Kim.
Chanyeol tersenyum seringai saat mendengar balasan dari paman Kim.
“Beberapa hari lagi? Mungkin mereka akan datang setelah aku pergi.”
Chanyeol memandang Paman Kim yang merasa bersalah atas balasannya tadi.
“Sudahlah, mereka memang mungkin sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Oh ya, bagaimana dengan Hani? Apa dia sudah menjengukku? Oh iya, mungkin
dia sedang sekolah sekarang.” Chanyeol menyandarkan tubuhnya di dinding
kasur untuk merikleksasikan tubuhnya.
“Hmm… masalah itu. Nona Hani… dia..” paman Kim sebenarnya tidak
ingin mengucapkan kata-kata menyakitkan lagi bagi tuan mudanya, tapi
harus bagaimana lagi ia harus tau apa yang sebenarnya yang terjadi.
“Ada apa dengannya?” Tanya Chanyeol saat mendapatkan raut wajah khawatir dan takut terlukis diwajah pamannya itu.
“Nona Hani mengalami kecelakaan saat menuju kesini, kira-kira tiga
hari yang lalu.” Dengan segenap keberanian akhirnya paman Kim
mengucapkan kata-kata yang sebenarnya terjadi. Chanyeol membeku dan
tidak percaya. Ia mulai khawatir akan keadaan Hani sekarang. Chanyeol
menyalahkan dirinya sendiri kalau bukan karnanya Hani pansti akan
baik-baik saja.
“Dimana sekarang dia dirawat?” Chanyeol mencoba untuk beranjak dari kasurnya dan dibantu oleh paman Kim.
“Dia juga berada dirumah sakit ini.” Paman Kim mengambil kursi roda dan membantu Chanyeol untuk duduk disana.
“Ayo kita melihatnya!” Ajak Chanyeol.
“Tapi, tuan. Anda baru saja siuman, anda harus banyak istirahat.”
Paman Kim serasa ingin menolak ajakkan Chanyeol tapi Chanyeol tidak
mengindahkan ucapan pamannya itu. Ia mendorong kursi rodanya sendiri,
tapi paman Kim dengan cepat mencegatnya.
“Aku akan baik-baik saja. Aku ingin menemuinya. Cepat kau antar dimana ruang rawatnya!” teriak Chanyeol.
---o0o---
Kedua gadis itu sudah menunggu temannya siuman sejak dua jam yang
lalu. Mereka adalah Lee Seul Bi dan Nam Gyu Hee, ibunda Hani baru saja
pulang untuk mengambil pakaian buat Hani dan menyiapkan segala seuatu
dirumahnya. Dan kini tinggalah dua yeoja baik hati itu. Chanyeol
memandang dari kaca luar ruangan itu. Dapat ia lihat yeoja yang selalu
menjadi temannya itu kini terbaring tak sadarkan diri dengan balutan
perban dikepalanya dan selang oksigen yang menancap dihidungnya.
Chanyeol ingin sekali masuk dan melihat keadaan Hani lebih dekat, tapi
ia pasti tidak bisa bertemu Hani bila kedua temannya berada disisinya.
Seul Bi keluar dari ruang rawat Hani berniat untuk membelikan ice
coffee untuk dirinya dan Gyu Hee. Seul Bi terkejut melihat Chanyeol
dengan kursi rodanya dan seorang namja paruh baya dibelakangnya. Raut
wajah kebencian begitu terlihat diwajah Seul Bi. Ia mendekati Chanyeol
dan menatapnya tajam.
“Kenapa kau disini?” Tanya Seul Bi dengan nada dingin.
“Kau senang’kan sekarang? Lihat dia hampir kehilangan nyawanya karna
kau. Inikah yang disebut teman? Namja bodoh yang tidak tau apa-apa.”
Teriak Seul Bi, ia tidak dapat menahan amarahnya lagi saat melihat wajah
Chanyeol yang tak bersalah itu. Chanyeol menutup mulutnya rapat tak
berniat sedikit pun untuk membalas ucapan yeoja itu. Chanyeol sendiri
pun membenarkan ucapan Seul Bi. Paman Kim berusaha untuk membawa
Chanyeol pergi dari tempat itu tapi Chanyeol menolaknya.
“Cukup kau saja yang punya penyakit mematikan itu, tidak perlu kau
membawa Hani bersamamu!” Seul Bi seakan meluapkan amarahnya saat itu
juga. Saat itu Gyu Hee mendengar suara keributan, ia pun keluar dari
ruang rawat Hani. Gyu Hee melihat Seul Bi mulai memaki-maki Chanyeol
tanpa sedikit pun rasa kasian pada namja itu. Gyu Hee menarik tangan
Seul Bi untuk segera masuk tapi Seul Bi menarik tangannya kembali dengan
kasar.
“Kau kenapa? Kau ingin membelanya? Namja bodoh ini yang membuat Hani
hampir mati!” Seul Bi pun mulai berteriak pada Gyu Hee. Gyu Hee tau
kalau Seul Bi sayang pada temannya tapi ia terlalu berlebihan dalam hal
ini.
“Sudahlah, tapi sekarangkan Hani baik-baik saja.” Balas Gyu Hee.
“Baik-baik saja? Kita tidak tau apa yang akan terjadi padanya, sudah
tiga hari dia belum siuman. Dan coba kau lihat namja ini bahkan dia
sudah sadarkan diri. Teman macam apa kau, ha!” Seul Bi akhirnya pun
pergi dari tempat itu. Ia sudah muak melihat Chanyeol yang terdiam dan
seakan menang. Seul Bi sayang temannya sendiri dan sangat membenci
Chanyeol yang selalu menjadi topik utama dipikiran Hani itu. Gyu Hee
mendekati Chanyeol dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
---o0o---
Beberapa hari kemudian pun berlalu, setiap harinya Chanyeol selalu
menyempatkan dirinya untuk melihat keadaan Hani walaupun hanya ia lihat
dibalik kaca ruangan itu. Temannya Hani juga selalu datang dan bercerita
suatu hal berharap Hani mendengar ucapan mereka dan akan sadarkan diri.
Jari jemari Hani bergerak begitu perlahan. Seul Bi melihatnya pun
langsung memberitahukannya pada Gyu Hee. Mereka terlihat gembira, Gyu
Hee dengan segera memanggil dokter.
Sesaat kemudian, dokter tampan itu pun keluar dari ruang rawat Hani.
Ia menggelengkan kepalanya seakan hal buruk telah terjadi. Gyu Hee
dengan segera menanyakan keadaan Hani pada dokter itu dan Seul Bi masuk
kedalam ruang rawat Hani dan melihat yeoja itu tengah memandangnya
dengan tatapan kosong.
“Bagaimana keadaan teman saya dok?” Tanya Gyu Hee.
“Sepertinya benturan itu sangat keras hingga mengakibatkan beberapa
sel otaknya tidak berjalan sesuai fungsinya. Teman anda mengalami
retrograde amnesia yaitu keadaan dimana memori otak sulit mengingat
kembali kejadian masa lalu dan informasi baru diberikan. Saya akan
bicara lebih jelasnya lagi pada keluarga pasien.” Jawab dokter itu. Gyu
Hee menutup mulutnya tidak percaya. Ia kemudian mengucapkan terima kasih
pada dokter itu dan masuk kedalam kamar Hani. Dapat ia lihat kini Seul
Bi tengah menanyakan keadaannya.
“Ada apa dengannya Hee-ah?” Tanya Seul Bi ketika Hani tidak mengetahui siapa sebenarnya dia.
“Dia mengalami retrograde amnesia. Dokter bilang ia akan lupa ingatan beberapa waktu, itu tidak akan permanen.” Balas Gyu Hee.
“Mwo? Amnesia?” Tanya Seul Bi tak percaya.
Berita Hani sudah siuman pun terdengar hingga ke kamar Chanyeol. Ia
pun merasa senang karna yeoja itu sudah siuman dan ia ingin menjenguknya
segera. Lagi dan lagi paman Kim paling benci dengan situasi seperti
ini. Situasi dimana ia harus berkata jujur walaupun akan berakhir
menyakitkan bagi orang yang mendengarnya.
“Tapi, nona Hani…” Paman Kim tidak yakin ia bisa mengakan kata menyakitkan itu lagi pada tuannya.
“Ada apa dengannya?” Tanya Chanyeol penasaran.
“Nona Hani tidak bisa mengingat masa lalunya, ia mengidap penyakit amnesia.” Ucap Paman Kim akhirnya.
Chanyeol kembali terjatuh, terjatuh disaat ia akan naik lebih tinggi
lagi. Ia kecewa dengan ucapan paman Kim kali ini dan jujur itu terlalu
menyakitkan baginya. Ia sudah terlanjur senang beberapa saat dan
kemudian ia merubah ekspresinya. Yeoja itu, temannya itu, Lee Hani
amnesia dan tidak bisa mengingat masa lalunya bersama Chanyeol.
Bagaimana bisa Chanyeol menerima semuanya. Begitu cepat terjadi hingga
ia tidak siap untuk menerimanya.
Tiba-tiba air mata itu jatuh lagi. Ia tidak sadar tapi ia merasakannya.
Sejak kejadian itu mereka menjadi berubah. Berubah ketika kenangan,
ingatan dan memori itu telah dihapus dalam sekejap saja. Dia tidak
mengenal siapa pun didunia ini. walaupun hatinya berkata bahwa semua
orang yang berada disisinya sekarang adalah orang-orang yang baik dan
menyanyanginya. Sampai saat ini Chanyeol masih tidak berani untuk
menemui Hani dan berkata bahwa ia adalah sahabat yang ia sayangi dan ia
cintai. Terlalu takut pada takdir yang mungkin tidak ia ketahui akan
lebih menyakitkan lagi.
---o0o---
Hari ini Seul Bi dan Gyu Hee mengunjungi Hani dengan membawa phone
cell dan kertas origami berbentuk bintang itu. Seul Bi tidak mengetahui
bahwa Gyu Hee mengambil toples penuh itu yang ia tahu hanya lah
phonecell yang sekarang berada ditangannya.
“Hani kau harus ingat kami. Coba lihat foto-foto kita dulu.” Seru
Seul Bi seraya memberikan phone cell Hani padanya. Hani kemudian melihat
foto-foto mereka ketika bersama. Senyuman mereka, sedih, dan suasana
kebersamaan mereka terlihat jelas difoto itu.
Kilatan masa lalu bagaikan film documenter yang berputar seiring
waktu tapi beberapa lembar klise-klise itu seakan hilang. Hani memegang
kepalanya mulai terasa sakit saat ia mengingat kembali kilasan masa
lalunya.
****Flashback****
"Apa kau tidak membuat rencana akhir tahun?”
“Ani.”
“Apa kau berencana untuk menemui namja itu lagi?”.
“Namja siapa yang kau maksud?”
“Ah… itu maksudku… namja yang menjadi temanmu itu, Park Chanyeol.”
“Oh… iya, aku akan memberinya kejutan padanya.”
“Aishhh… kau memperdulikan namja itu lagi. Apa hebatnya dia, namja bodoh yang kau temui itu terlihat aneh bagiku.”
*****
Gyu Hee yang melihat temannya kesakitan pun menyuruh agar Seul Bi mengambil Phone cellnya.
“Kau akan ingat semuanya. Dan ini, kau juga harus ingat ini.” ucap
Gyu Hee seraya memberikan toples berisikan origami itu pada Hani. Seul
Bi menahannya.
“Tunggu, kenapa kau memberikan ini padanya?” Tanya Seul Bi.
“Dia juga harus tau tentang namja itu Seul Bi-ah, kau jangan egois.
Namja itu adalah kehidupannya juga.” Seul Bi menyuruh agar Hani
memegangnya.
Tiba-tiba Seul Bi menarik toples itu dan menaruhnya kembali diatas nakas Hani.
“Dia tidak perlu mengingatnya. Namja bodoh itu tidak akan berarti baginya.”
“Siapa yang kalian maksdud?” Tanya Hani.
“Bukan siapa-siapa.” Balas Seul Bi cepat.
---o0o---
Hari ini adalah jadwal operasi saraf otak bagi pasien yang bernama
Park Chanyeol. Beberapa dokter sudah bersiap-siap untuk melakukan
operasi. Tinggal tunggu beberapa menit lagi operasi akan dilakukan. Hal
itu dilakukan karna pasien Chanyeol mendapatkan banyak infeksi pada
bagian sel sarafnya, terutama pada bagian kepalanya.
Saat ini paman Kim tidak ada diruangannya, Chanyeol melihat buku
catatan yang selalu ia tulis dengan kenangan-kenangan yang telah
berlalu. Chanyeol menggerakkan kursi rodanya sendiri. Ia keluar dari
kamar rawatnya menuju ruang rawat Hani.
Saat itu kebetulan kedua temannya serta ibunda Hani tidak berada
disana. Chanyeol dapat melihat Hani yang kini sedang melihat-lihat phone
cellnya. Chanyeol masuk kedalam ruang rawat Hani. Gadis itu terkejut
dengan kedatangan namja yang duduk dikursi roda dan kepala yang sudah
diberi kain putih hingga menutupi seluruh rambutnya.
“Nuguya?” Tanya Hani heran. Chanyeol tidak menjawab, ia malah tetap mengarahkan kursi rodanya kedekat kasur Hani.
“Kau akan sulit mengingatnya. Aku Park Chanyeol, teman dan sekaligus
sahabatmu.” Hani mencoba untuk mengingat ucapan Namja yang berada
dihadapannya.
Hani tiba-tiba teringat akan ucapan kedua temannya beberapa waktu yang lalu.
****
“Dia juga harus tau tentang namja itu Seul Bi-ah, kau jangan egois. Namja itu adalah kehidupannya juga.”
“Dia tidak perlu mengingatnya. Namja bodoh itu tidak akan berarti baginya.”
****
Chanyeol memegang tangan Hani dan Hani bingung sekaligus takut
dengan sikap namja yang berada dihadapannya itu, ia menarik tangannya
kembali.
“Pergi!” ucap Hani. Chanyeol memandang Hani ia tidak yakin bahwa Hani akan mengusirnya disaat-saat terakhirnya.
“Aku tidak akan pergi. Ini, buku ini untukmu.” Chanyeol memberikan
buku catatannya pada Hani. Hani tetap diam dan tetap tidak mengerti apa
yang terjadi dengan namja itu.
“Aku akan melakukan operasi terakhirku. Dokter bilang penyakitku
sudah sangat parah. Sekarang kau lihatkan, kepalaku sudah dibalut kain
putih. Maaf dulu aku tidak memberitahumu soal penyakitku ini. Kau
menjadi teman yang sangat baik bagiku. Aku juga tidak menolak perasaan
ini, aku mencintaimu. Tapi waktu itu kau bilang kita saling menyayangi
dan mencintai jadi tidak ada yang namanya kekasih.” Chanyeol mulai
menangis saat ia menceritakan kehidupannya dengan gadis yang tidak tau
sama sekali itu.
“Ini salahku. Kau lupa ingatan itu karna aku. saat aku masuk rumah
sakit, paman Kim menelponmu. Aku tau saat itu kau pasti sangat cemas
hingga kau tidak memerhatikan jalan. Ini kesalahanku aku minta maaf. Ini
pantas bagiku sebagai hukuman, kau tidak bisa mengingatku lagi. Itu
akan mempermudahku untuk pergi… aku tidak perlu khawatir padamu yang
nantinya entah sedih atau menjadi pendiam.” Chanyeol menghapus air
matanya dan kembali menarik tangan yeoja itu. kali ini Hani tidak
menolaknya.
“Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya.”
Chanyeol berdiri dengan kekuatan yang masih ia punya. Ia kemudian
mengecup kening Hani. Air mata itu jatuh tepat dipipi mulus Hani.
Chanyeol menangis meratapi nasibnya yang selalu malang dan tidak
berakhir sesuai dengan apa yang di inginkannya.
Beberapa saat kemudian Chanyeol keluar dari ruang rawat Hani dan
saat itu paman Kim tampak khawatir dan cemas saat melihat Chanyeol
menangis dan mukanya terlihat pucat. Paman Kim akhirnya membawa Chanyeol
untuk melakukan operasi lagi.
Hani memandang catatan itu, ia membuka tiap lembaran-lembaran dari
kertas itu. tulisannya begitu rapi. Hani seperti pernah mengalami hal
tersebut. Hani pun ingat tentang kertas origami yang berbentuk Bintang
yang beberapa hari yang lalu dibawakan oleh Gyu Hee.
Hani membuka tiap lembaran-lembaran kertas origami itu. Entah apa
yang ia rasakan tiba-tiba air mata itu jatuh membasahi pipinya. Hani
menutup mulutnya menahan isak tangisnya. Semua kertas origami itu
berisikan rangkaian kata-kata penyemangat.
‘Yeol-ah, Hwaiting.’
‘semangat ayo lawan penyakitmu!’
‘Aku akan selalu berada disampingmu hingga kau bisa membunuh
penyakit itu.’ ‘Aku tau soal penyakitmu jadi semangat.’ ‘Chanyeol dan
Hani akan selalu bersama.’ ‘Yakk… kau tampak kurus, pergi minum obat
sana.’
Kata-kata tersebut ditulis oleh Hani sendiri.
Hani kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang operasi
dimana Chanyeol berada. Ia melihat paman Kim yang ia yakini orang dekat
Chanyeol. Hani masih belum mengingat dengan jelas, tapi perasaan itu
mengatakan bahwa namja itu ada dalam kehidupannya dan menjadi semangat
hidupnya.
Paman Kim terlihat mengangis tersedu-sedu. Sudah beberapa tahun ia
merawat Chanyeol dan ia berharap agar operasi berjalan lancar.
Dua orang yeoja paruh baya pun datang. Mereka langsung menanyakan
keadaan Chanyeol pada paman Kim. Hani hanya melihat kedua yeoja itu
mereka menangis sama seperti dirinya. Perasaan cemas, takut, gugup, dan
khawatir pun menjamah ditubuhnya.
Beberapa jam pun berlalu, kini kedua teman Hani sudah berada
disampingnya. Mereka menangis takut hal buruk terjadi pada Chanyeol.
Termasuk Seul Bi yang sangat benci dengan namja bodoh itu. Mereka saling
berpegangan tangan berdoa yang terbaik untuk Chanyeol. Seorang dokter
pun keluar dari ruang operasi, ia membuka maskernya dan memandang
keluarga pasien. Raut wajah itu, bukan raut wajah yang dikatakan kabar
gembira. Dokter itu menggelengkan kepalanya.
“Chanyeo-ahhh hikkkkss….. Chanyeol-ahh….” Ibu Chanyeol mulai
histeris saat dokter itu menggelengkan kepalanya. Semua orang saat itu
sangt gugup berharap tidak akan terjadi hal buruk.
“Maaf kami tidak dapat menyelamatkannya.” Semua orang ditempat itu
menangis histeris, ini hanya sebuah mimpi harapan mereka, tapi itu
nyata.
---o0o---
Beberapa bulan berlalu. Gadis itu sudah tidak berada dirumah sakit
lagi. Ia kini tengah berada didalam kamarnya yang rapi dan bersih. Dia
duduk didekat meja belajarnya. Hani membuka kembali catatan yang
diberikan Chanyeol saat mereka pertama dan terakhir kalinya bertemu.
Hani sekarang ingat ketika ia pertama kali bertemu dengan Chanyeol
saat akhir tahun. Ia terkunci digudang sekolah bersama Chanyeol karna
saat itu Chanyeol hanya datang dan mengunjungi sekolah.
Lembaran berikutnya terbuka, ketika Hani ingat bahwa Chanyeol selalu
berkata ‘Jangan percaya pada perasaan tapi percayalah pada akal.’ Karna
saat itu ada seseorang yang menyatakan perasaannya pada Hani, tapi
bukan Chanyeol.
Kini Hani melirik toples besar yang berisikan penuh origami
berbentuk bintang didalamnya. Ia kembali membaca kalimat penyemangat
yang sangat menyakitkan itu. Hani seakan tidak kuat lagi untuk
membacanya. Air matanya sudah membasahi pipinya. Hatinya sangat sakit,
ia menyesal ketika waktu datang ia tidak mengetahui semua yang teramat
penting baginya.
“Hikks… Chanyeol-ah…..” Hani menekuk lututnya dan memeluknya. Ia
menangis dan terus menangis. Penyesalan memang akan selalu berada
diakhir. Ketika kata-kata terakhir itu terus teriang ditelinganya, ia
tidak bisa membendung air mata itu lagi.
“Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya.”
END
3 komentar:
Best merit casino, free spin casinos, jackpot slots online
It's not just that people are playing free slot machines. We do not support jackpot slots sites. You do not need to 바카라 be in 메리트카지노 a land-based casino 카지노사이트 to play games.
Lucky Club Live Casino site
Join Lucky Club Live Casino today! Sign up and enjoy over 100 exciting online casino games 카지노사이트luckclub from Microgaming, including Blackjack, Roulette, Baccarat, 🏆 Lucky Club: Play Here!⭐Rating: 4.1 / 5.0🎲 Total number of games: 1,000+💰 Min Deposit: $/£10
Harrah's Cherokee Casino & Hotel Map & Floor Plans - MapyRO
Find your way around the casino, find where everything is 안성 출장샵 located with these helpful customer 창원 출장안마 reviews:. MapYRO 전라북도 출장샵 The property 포천 출장샵 features 의왕 출장안마 nearly 3,000 slot
Posting Komentar