Kamis, 05 Maret 2015

FF BABY PANDA - AT THE LAST MOMENT

Title : At The Last Moment
Author: Baby_Panda
Cast : Park Chanyeol, Lee Hani
Genre : Romance, friendship, school life, sad
Rating : Teen
Summary : ‘Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya’
Story Begin...



Bulan desember hampir berakhir, setiap orang akan memberikan resolusi untuk tahun baru yang akan datang. Seperti yang mereka lakukan, siswa SMA di sekolah Genie High School. Mereka mulai menyusun rencana untuk merayakan tahun baru. Mulai dari pergi bersama orang yang mereka sayangi dan merencanakan pesta yang meriah di tahun baru. Tapi, tidak dengan yeoja yang terus saja melipat kertas origami ini. Yeoja yang bernama Lee Hani tersebut menuliskan kata-kata tiap bentuk kertas origami yang ia lipat. Kedua temannya sejak tadi memerhatikannya. Hani terlihat terlalu sibuk dengan kertas origami yang ia bentuk bintang itu. Mereka pun akhirnya bertanya pada Hani.

“Apa kau tidak membuat rencana akhir tahun?” Tanya yeoja yang bernama Lee Seul Bi itu pada Hani.

“Ani.” balas singkat Hani.

“Apa kau berencana untuk menemui namja itu lagi?” kali ini Nam Gyu Hee yang bertanya.

“Namja siapa yang kau maksud?” Hani menghentikan lipatan kertas origaminya dan memandang temannya itu.

“Ah… itu maksudku… namja yang menjadi temanmu itu, Park Chanyeol.” Ucap Gyu Hee.

“Oh… iya, aku akan memberinya kejutan padanya.” Balas Hani dengan senyuman yang terukir disudut bibirnya.

“Aishhh… kau memperdulikan namja itu lagi. Apa hebatnya dia, namja bodoh yang kau temui itu terlihat aneh bagiku.” Ujar Seul Bi kesal.

“Apa kau bilang? Namja bodoh? Tidak seharusnya kau berucap seperti itu.” Hani terlihat marah ketika namja yang sebagai temannya itu dikatakan bodoh oleh temannya sendiri.

“Ya, apalagi kalau bukan bodoh? Dia tidak sekolah setelah ia pindah ke Seoul dan dia juga penyendiri, temannya hanya kau. Semua orang tidak ingin berteman dengannya, berpikir bahwa tidak ada gunanya berteman dengan orang yang tidak sekolah dan tidak tau asal usulnya.” Oceh Seul Bi. Hani menggepalkan kedua tangannya rasanya ingin sekali ia menyumbat mulut Seul Bi dengan tangannya sendiri.

“Ya!… Lee Seul Bi-ah hentikan ocehanmu. Kau membuat Hani semakin marah padamu.” Gyu Hee meminta agar Seul Bi menghentikan kata-kata kasarnya. Ia tau bahwa temannya tersebut tidak menyukai namja yang selalu dekat dengan Hani. Hani mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri dan bersikap sabar menghadapi temannya itu, Hani pun akhirnya melanjutkan kegiatannya melipat kertas origami.

“Dia tidak bodoh, dia tau apa yang dia lakukan sama seperti remaja lainnya. Hanya saja dia tidak mempunyai seragam dan tidak pergi kesekolah. Itulah yang membedakannya dengan kita. Tapi, kalau kau tau bagaimana dia bersikap, berperilaku, dan menghargai apa yang ia punya? Kau akan memikir dua kali untuk mengucapkan bahwa dia bodoh.” Balas Hani seraya mengarahkan matanya pada Seul Bi.

“Tapi kan,… tetap saja Dia tidak sekolah, itu yang orang tau.” Ucap Seul Bi.

“Ya,… kenapa kalian jadi bertengkar hanya karna namja itu?” Gyu Hee pun mencoba melerai perkelahian mulut atara kedua temannya tersebut.

“Oh iya, Hani untuk apa kau melipat kertas origami ini? sungguh kekanak-kanakkan.” Lanjut Gyu Hee, ia pun mengambil beberapa origami yang sudah
berbentuk dan melihatnya heran.

“Aku akan memberikan ini untuknya
sebagai penyemangat.” Balas Hani, ia memandang toples kaca itu dengan tatapan sedih.

“Penyemangat apa maksudmu? Penyemangat agar dia tidak bodoh?” Seul Bi berucap seakan dia akan menang bila beradu mulut dengan Hani.

“Aishh… yak… Lee Seul Bi!” lerai Gyu Hee.

Gyu Hee terlihat tertarik dengan kertas origami itu. Kemudian ia pun membuka rangkaian origami yang telah dilipat oleh Hani. Ia menemukan sebuah rangakian kata-kata semangat yang ditulis untuk Chanyeol. Gyu Hee tidak percaya atas apa yang ia baca dalam kertas origami itu. Ia kemudian menggambil beberapa kertas origami lagi dan memastikan bahwa apa yang ia baca tidak salah. Seul Bi bingung dengan tingkah laku temannya itu pun ikut mengambil kertas origami yang terlah dilipat Hani. Seul Bi membulatkan matanya saat rangkaian kata penyemangat itu tertulis indah didalamnya. Ini sungguh diluar dugaan.

“Bagaimana bisa?” Tanya serentak kedua teman Hani.
---o0o---


Disuatu tempat yang nyaman dan bisa dikatakan sangat nyaman. Seorang namja kini tengah berkutik pada buku catatannya dan pena hitamnnya sejak beberapa menit yang lalu. Ia mengairi kertas itu dengan cairan pena dan membentuk rangkaian kalimat yang mempunyai makna. Namja yang kini tengah berada didalam kamarnya itu pun menutup kembali buku catatannya dan beranjak dari kasur empuknya. Park chanyeol, namja yang kerap menjadi topik perbincangan teman-teman Hani disekolah. Ia melihat kearah jendela kamarnya dan memandangi jalan diluar rumahnya. Berharap bahwa Hani akan cepat datang kerumahnya.

Sudah dua tahun berlalu kebersamaan mereka. Semua itu berawal ketika akhir tahun pada dua tahun yang lalu. Ketika mengingatnya Chanyeol selalu tersenyum dan tidak bisa melupakannya. Kalau saja bukan karna penyakit yang ia derita satu tahun yang lalu mungkin ia akan sangat senang berteman dengan Hani. Tapi penyakit itu datang bagaikan monster yang menghancurkan kehidupannya. Penyakit mematikan itulah yang membuatnya tidak bisa sekolah, dan tidak bisa terlalu bergaul dengan orang lain. Tapi Hani beda, yeoja itu tidak mengetahuinya dan selalu menganggap Chanyeol sebagai namja yang kuat dan akan selalu menjadi temannya.

Air mata itu mengalir lagi tanpa diperintah oleh tuannya. Chanyeol menangis dalam diam meratapi nasibnya yang tidak sejalan dengan yang ia inginkan seperti didalam catatan yang baru saja ia tulis. Tiba-tiba kepalanya begitu sakit dan terasa sangat sakit. Chanyeol memegangi kepalanya. Ia meringis kesakitan. Sakit kepala seperti itu sudah ia rasakan beberapa kali dalam satu tahun terakhir. Chaenyol berjalan menuju nakasnya dan mengambil obat pereda nyeri lalu segera meminumnya berharap agar sakit kepala itu akan hilang. Chanyeol tidak merasakan obat itu berjalan sesuai kegunaannya, kepalanya tetap sakit dan tiba-tiba saja matanya mulai kabur. Chanyeol terduduk disamping kasurnya. Ia memegang erat selimut dikasurnya untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Chanyeol pun tidak sadarkan diri.


Sirine ambulan begitu terdengar disepanjang perjalanan. Mobil ambulan dengan sangat cepat melaju ke rumah sakit untuk menyelamatkan Chanyeol yang kini tengah tidak sadarkan diri di dalam mobil itu. Beberapa perawat dan dokter pun memberikan pertolongan pertama pada Chanyeol seperti memberikan suntikkan dan oksigen.
---o0o---



Hani sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia kemudian memasukkan semua kertas origami itu ke dalam toples kaca dan menyimpannya didalam laci meja belajarnya. Sekolah itu sudah terlihat sepi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi, Hani belum pulang ditempat yang menurut siswa lainnya membosankan itu. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk menyelesiakan lipatan origaminya. Hani pun keluar dari kelasnya, saat itu tiba-tiba phone cellnya berdering lalu Ia mengangkatnya.

“Hani-ssi, Park Chanyeol… tuan muda, dia jatuh pingsan dan sekarang berada dirumah sakit Seoul.” Belum sempat ia bicara seseorang dibalik telepon langsung memberikan kabar buruk padanya. Hani mematikan phonecellnya segera dan berlari menuju parkir sepedanya.

Hani mengayuh sepedanya menuju rumah sakit Seoul. Ia sudah pernah merasakan bahwa hal ini akan terjadi dan itulah yang ia takutkan. Hani menangis saat dalam perjalanan. Ia mengayuh sepedanya dengan begitu cepat tanpa melihat ke arah lain. Dan hal yang lebih buruk pun terjadi, diarah yang berlawanan sebuah truk besar melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Hani dengan langsung membelokkan sepedanya tanpa memandang kanan dan kirinya. Klakson truk itu pun menggema, Hani melihat kearah samping dan Truk itu menabraknya.

“Aaaahhhkkk…….” Hani berteriak sekuat mungkin tapi Truk besar itu tidak dalam mengelak lagi.


BRAKKKK……!!!!!


Tubuhnya terjatuh dan terhempas ke aspal yang panas. Darah segar keluar dari kepalanya, tubuhnya kini tidak sadarkan diri. Waktu begitu cepat terjadi hanya hitungan detik tubuh yeoja itu sudah bergelumuran darah dari kepalanya. Sang supir truk pun mulai panic dan segera menelpon 119 untuk menyelamatkan nyawa yeoja yang tengah tergeletak diaspal panas itu karna dirinya.
---o0o---



Hari ini rumah sakit Seoul mendapatkan dua pasien yang harus melakukan operasi dalam waktu yang bersamaan. Untung saja mereka memilikki dokter yang tidak dikatakan sedikit. Keluarga dari kedua pasien sudah menunggu sejak tadi, mereka berdoa yang terbaik untuk kedua orang yang mereka sayangi. Pasien pertama yang sudah mengidap penyakit kanker otak sejak satu tahun terakhir ini mendapatkan seorang dokter ahli beda saraf yang juga sudah menjadi dokter keluarganya sendiri, pasien itu bernama Park Chanyeol.

Diwaktu yang sama tapi ditempat yang berbeda seorang pasien yang bernama Lee Hani melakukan operasi kepala hal itu dikarenakan kecelakaan yang ia alami beberapa jam yang lalu. Lampu operasi pun dinyalakan, semua perawat dan dokter berusa semaksimal mungkin untuk dapat menyelamatkan nyawa pasien dan juga menyembuhkan mereka.

Dalam tidurnya Chanyeol bermimpi bertemu dengan Hani sahabat satu-satunya dan yeoja yang ia cintai. Chanyeol berjalan mendekati Hani yang kini tengah membelakanginya. Chanyeol memanggil Hani dan ia membalikkan badannya. Gadis itu tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa, tidak tersenyum, tidak senang, ataupun tidak khawatir. Ekspresi datar gadis itu membuat Chanyeol bingung. Gadis itu seakan tidak ingin berbicara dan malah berjalan meninggalkan Chanyeol ditempat itu. Chanyeol mengikuti Hani tapi lambat laun sosok yeoja itu seakan menghilang dibalik kegelapan. Chanyeol memandang sekelilingnya, tidak ada seorang pun disana. Suasana gelap yang terasa membuatnya heran dan semakin takut dan takut.

Akhirnya beberapa jam telah ia lewati masa operasi berjalan dengan lancar, tapi hari ini sudah hari ketiga dan barulah Chanyeol sadarkan diri. Ia melihat sekeliling ruangan yang kini ia tempati. Tidak seperti dalam mimpinya, gelap. Tempat itu berwarna putih dan tidak terlihat menakutkan baginya. Beberapa menit setelah ia siuman Chanyeol mendapatkan perawatan medis dari beberapa suster yang sejak beberapa hari yang lalu menjaga pasien kelas VIP itu.

Seorang namja paruh baya datang dengan senyuman yang sangat indah dan bahkan lelaki itu seakan hendak menangis bahagia. Ia adalah Paman Kim, paman yang selalu menjaganya selama di rumah besar itu. Sebelumnya Paman Kim adalah seorang asisten bagi Chanyeol tapi setelah beberapa waktu berlalu Chanyeol sudah menganggapnya sebagai pamannya sendiri.

“Tuan muda, anda sudah siuman. Syukurlah.” Gembira paman Kim. Chanyeol melihat sekelilingnya tidak ada siapa pun kecuali paman Kim. Ia berharap agar nenek dan ibunya datang untuk menjenguknya. Mungkin kedua yeoja itu akan datang setelah ia berada didalam tanah, pikir Chanyeol.

“Mereka tidak datang?” Tanya Chanyeol. Paman Kim terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan tuan mudanya tersebut, takut akan menyakiti perasaannya lagi.

“Maaf tuan muda. Nyonya besar dan nyonya muda mereka belum datang. Tapi mereka janji akan datang beberapa hari lagi.” Balas paman Kim. Chanyeol tersenyum seringai saat mendengar balasan dari paman Kim.

“Beberapa hari lagi? Mungkin mereka akan datang setelah aku pergi.” Chanyeol memandang Paman Kim yang merasa bersalah atas balasannya tadi.

“Sudahlah, mereka memang mungkin sangat sibuk dengan pekerjaannya. Oh ya, bagaimana dengan Hani? Apa dia sudah menjengukku? Oh iya, mungkin dia sedang sekolah sekarang.” Chanyeol menyandarkan tubuhnya di dinding kasur untuk merikleksasikan tubuhnya.

“Hmm… masalah itu. Nona Hani… dia..” paman Kim sebenarnya tidak ingin mengucapkan kata-kata menyakitkan lagi bagi tuan mudanya, tapi harus bagaimana lagi ia harus tau apa yang sebenarnya yang terjadi.

“Ada apa dengannya?” Tanya Chanyeol saat mendapatkan raut wajah khawatir dan takut terlukis diwajah pamannya itu.

“Nona Hani mengalami kecelakaan saat menuju kesini, kira-kira tiga hari yang lalu.” Dengan segenap keberanian akhirnya paman Kim mengucapkan kata-kata yang sebenarnya terjadi. Chanyeol membeku dan tidak percaya. Ia mulai khawatir akan keadaan Hani sekarang. Chanyeol menyalahkan dirinya sendiri kalau bukan karnanya Hani pansti akan baik-baik saja.

“Dimana sekarang dia dirawat?” Chanyeol mencoba untuk beranjak dari kasurnya dan dibantu oleh paman Kim.
“Dia juga berada dirumah sakit ini.” Paman Kim mengambil kursi roda dan membantu Chanyeol untuk duduk disana.

“Ayo kita melihatnya!” Ajak Chanyeol.

“Tapi, tuan. Anda baru saja siuman, anda harus banyak istirahat.” Paman Kim serasa ingin menolak ajakkan Chanyeol tapi Chanyeol tidak mengindahkan ucapan pamannya itu. Ia mendorong kursi rodanya sendiri, tapi paman Kim dengan cepat mencegatnya.

“Aku akan baik-baik saja. Aku ingin menemuinya. Cepat kau antar dimana ruang rawatnya!” teriak Chanyeol.
---o0o---



Kedua gadis itu sudah menunggu temannya siuman sejak dua jam yang lalu. Mereka adalah Lee Seul Bi dan Nam Gyu Hee, ibunda Hani baru saja pulang untuk mengambil pakaian buat Hani dan menyiapkan segala seuatu dirumahnya. Dan kini tinggalah dua yeoja baik hati itu. Chanyeol memandang dari kaca luar ruangan itu. Dapat ia lihat yeoja yang selalu menjadi temannya itu kini terbaring tak sadarkan diri dengan balutan perban dikepalanya dan selang oksigen yang menancap dihidungnya. Chanyeol ingin sekali masuk dan melihat keadaan Hani lebih dekat, tapi ia pasti tidak bisa bertemu Hani bila kedua temannya berada disisinya.

Seul Bi keluar dari ruang rawat Hani berniat untuk membelikan ice coffee untuk dirinya dan Gyu Hee. Seul Bi terkejut melihat Chanyeol dengan kursi rodanya dan seorang namja paruh baya dibelakangnya. Raut wajah kebencian begitu terlihat diwajah Seul Bi. Ia mendekati Chanyeol dan menatapnya tajam.

“Kenapa kau disini?” Tanya Seul Bi dengan nada dingin.

“Kau senang’kan sekarang? Lihat dia hampir kehilangan nyawanya karna kau. Inikah yang disebut teman? Namja bodoh yang tidak tau apa-apa.” Teriak Seul Bi, ia tidak dapat menahan amarahnya lagi saat melihat wajah Chanyeol yang tak bersalah itu. Chanyeol menutup mulutnya rapat tak berniat sedikit pun untuk membalas ucapan yeoja itu. Chanyeol sendiri pun membenarkan ucapan Seul Bi. Paman Kim berusaha untuk membawa Chanyeol pergi dari tempat itu tapi Chanyeol menolaknya.

“Cukup kau saja yang punya penyakit mematikan itu, tidak perlu kau membawa Hani bersamamu!” Seul Bi seakan meluapkan amarahnya saat itu juga. Saat itu Gyu Hee mendengar suara keributan, ia pun keluar dari ruang rawat Hani. Gyu Hee melihat Seul Bi mulai memaki-maki Chanyeol tanpa sedikit pun rasa kasian pada namja itu. Gyu Hee menarik tangan Seul Bi untuk segera masuk tapi Seul Bi menarik tangannya kembali dengan kasar.

“Kau kenapa? Kau ingin membelanya? Namja bodoh ini yang membuat Hani hampir mati!” Seul Bi pun mulai berteriak pada Gyu Hee. Gyu Hee tau kalau Seul Bi sayang pada temannya tapi ia terlalu berlebihan dalam hal ini.

“Sudahlah, tapi sekarangkan Hani baik-baik saja.” Balas Gyu Hee.

“Baik-baik saja? Kita tidak tau apa yang akan terjadi padanya, sudah tiga hari dia belum siuman. Dan coba kau lihat namja ini bahkan dia sudah sadarkan diri. Teman macam apa kau, ha!” Seul Bi akhirnya pun pergi dari tempat itu. Ia sudah muak melihat Chanyeol yang terdiam dan seakan menang. Seul Bi sayang temannya sendiri dan sangat membenci Chanyeol yang selalu menjadi topik utama dipikiran Hani itu. Gyu Hee mendekati Chanyeol dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
---o0o---


Beberapa hari kemudian pun berlalu, setiap harinya Chanyeol selalu menyempatkan dirinya untuk melihat keadaan Hani walaupun hanya ia lihat dibalik kaca ruangan itu. Temannya Hani juga selalu datang dan bercerita suatu hal berharap Hani mendengar ucapan mereka dan akan sadarkan diri. Jari jemari Hani bergerak begitu perlahan. Seul Bi melihatnya pun langsung memberitahukannya pada Gyu Hee. Mereka terlihat gembira, Gyu Hee dengan segera memanggil dokter.

Sesaat kemudian, dokter tampan itu pun keluar dari ruang rawat Hani. Ia menggelengkan kepalanya seakan hal buruk telah terjadi. Gyu Hee dengan segera menanyakan keadaan Hani pada dokter itu dan Seul Bi masuk kedalam ruang rawat Hani dan melihat yeoja itu tengah memandangnya dengan tatapan kosong.

“Bagaimana keadaan teman saya dok?” Tanya Gyu Hee.

“Sepertinya benturan itu sangat keras hingga mengakibatkan beberapa sel otaknya tidak berjalan sesuai fungsinya. Teman anda mengalami retrograde amnesia yaitu keadaan dimana memori otak sulit mengingat kembali kejadian masa lalu dan informasi baru diberikan. Saya akan bicara lebih jelasnya lagi pada keluarga pasien.” Jawab dokter itu. Gyu Hee menutup mulutnya tidak percaya. Ia kemudian mengucapkan terima kasih pada dokter itu dan masuk kedalam kamar Hani. Dapat ia lihat kini Seul Bi tengah menanyakan keadaannya.

“Ada apa dengannya Hee-ah?” Tanya Seul Bi ketika Hani tidak mengetahui siapa sebenarnya dia.

“Dia mengalami retrograde amnesia. Dokter bilang ia akan lupa ingatan beberapa waktu, itu tidak akan permanen.” Balas Gyu Hee.

“Mwo? Amnesia?” Tanya Seul Bi tak percaya.


Berita Hani sudah siuman pun terdengar hingga ke kamar Chanyeol. Ia pun merasa senang karna yeoja itu sudah siuman dan ia ingin menjenguknya segera. Lagi dan lagi paman Kim paling benci dengan situasi seperti ini. Situasi dimana ia harus berkata jujur walaupun akan berakhir menyakitkan bagi orang yang mendengarnya.

“Tapi, nona Hani…” Paman Kim tidak yakin ia bisa mengakan kata menyakitkan itu lagi pada tuannya.

“Ada apa dengannya?” Tanya Chanyeol penasaran.

“Nona Hani tidak bisa mengingat masa lalunya, ia mengidap penyakit amnesia.” Ucap Paman Kim akhirnya.
Chanyeol kembali terjatuh, terjatuh disaat ia akan naik lebih tinggi lagi. Ia kecewa dengan ucapan paman Kim kali ini dan jujur itu terlalu menyakitkan baginya. Ia sudah terlanjur senang beberapa saat dan kemudian ia merubah ekspresinya. Yeoja itu, temannya itu, Lee Hani amnesia dan tidak bisa mengingat masa lalunya bersama Chanyeol. Bagaimana bisa Chanyeol menerima semuanya. Begitu cepat terjadi hingga ia tidak siap untuk menerimanya.

Tiba-tiba air mata itu jatuh lagi. Ia tidak sadar tapi ia merasakannya.
Sejak kejadian itu mereka menjadi berubah. Berubah ketika kenangan, ingatan dan memori itu telah dihapus dalam sekejap saja. Dia tidak mengenal siapa pun didunia ini. walaupun hatinya berkata bahwa semua orang yang berada disisinya sekarang adalah orang-orang yang baik dan menyanyanginya. Sampai saat ini Chanyeol masih tidak berani untuk menemui Hani dan berkata bahwa ia adalah sahabat yang ia sayangi dan ia cintai. Terlalu takut pada takdir yang mungkin tidak ia ketahui akan lebih menyakitkan lagi.
---o0o---


Hari ini Seul Bi dan Gyu Hee mengunjungi Hani dengan membawa phone cell dan kertas origami berbentuk bintang itu. Seul Bi tidak mengetahui bahwa Gyu Hee mengambil toples penuh itu yang ia tahu hanya lah phonecell yang sekarang berada ditangannya.

“Hani kau harus ingat kami. Coba lihat foto-foto kita dulu.” Seru Seul Bi seraya memberikan phone cell Hani padanya. Hani kemudian melihat foto-foto mereka ketika bersama. Senyuman mereka, sedih, dan suasana kebersamaan mereka terlihat jelas difoto itu.

Kilatan masa lalu bagaikan film documenter yang berputar seiring waktu tapi beberapa lembar klise-klise itu seakan hilang. Hani memegang kepalanya mulai terasa sakit saat ia mengingat kembali kilasan masa lalunya.

****Flashback****
"Apa kau tidak membuat rencana akhir tahun?”

“Ani.”

“Apa kau berencana untuk menemui namja itu lagi?”.

“Namja siapa yang kau maksud?”

“Ah… itu maksudku… namja yang menjadi temanmu itu, Park Chanyeol.”

“Oh… iya, aku akan memberinya kejutan padanya.”

“Aishhh… kau memperdulikan namja itu lagi. Apa hebatnya dia, namja bodoh yang kau temui itu terlihat aneh bagiku.”
*****

Gyu Hee yang melihat temannya kesakitan pun menyuruh agar Seul Bi mengambil Phone cellnya.

“Kau akan ingat semuanya. Dan ini, kau juga harus ingat ini.” ucap Gyu Hee seraya memberikan toples berisikan origami itu pada Hani. Seul Bi menahannya.

“Tunggu, kenapa kau memberikan ini padanya?” Tanya Seul Bi.

“Dia juga harus tau tentang namja itu Seul Bi-ah, kau jangan egois. Namja itu adalah kehidupannya juga.” Seul Bi menyuruh agar Hani memegangnya.

Tiba-tiba Seul Bi menarik toples itu dan menaruhnya kembali diatas nakas Hani.

“Dia tidak perlu mengingatnya. Namja bodoh itu tidak akan berarti baginya.”

“Siapa yang kalian maksdud?” Tanya Hani.

“Bukan siapa-siapa.” Balas Seul Bi cepat.
---o0o---


Hari ini adalah jadwal operasi saraf otak bagi pasien yang bernama Park Chanyeol. Beberapa dokter sudah bersiap-siap untuk melakukan operasi. Tinggal tunggu beberapa menit lagi operasi akan dilakukan. Hal itu dilakukan karna pasien Chanyeol mendapatkan banyak infeksi pada bagian sel sarafnya, terutama pada bagian kepalanya.

Saat ini paman Kim tidak ada diruangannya, Chanyeol melihat buku catatan yang selalu ia tulis dengan kenangan-kenangan yang telah berlalu. Chanyeol menggerakkan kursi rodanya sendiri. Ia keluar dari kamar rawatnya menuju ruang rawat Hani.

Saat itu kebetulan kedua temannya serta ibunda Hani tidak berada disana. Chanyeol dapat melihat Hani yang kini sedang melihat-lihat phone cellnya. Chanyeol masuk kedalam ruang rawat Hani. Gadis itu terkejut dengan kedatangan namja yang duduk dikursi roda dan kepala yang sudah diberi kain putih hingga menutupi seluruh rambutnya.

“Nuguya?” Tanya Hani heran. Chanyeol tidak menjawab, ia malah tetap mengarahkan kursi rodanya kedekat kasur Hani.

“Kau akan sulit mengingatnya. Aku Park Chanyeol, teman dan sekaligus sahabatmu.” Hani mencoba untuk mengingat ucapan Namja yang berada dihadapannya.

Hani tiba-tiba teringat akan ucapan kedua temannya beberapa waktu yang lalu.
****
“Dia juga harus tau tentang namja itu Seul Bi-ah, kau jangan egois. Namja itu adalah kehidupannya juga.”

“Dia tidak perlu mengingatnya. Namja bodoh itu tidak akan berarti baginya.”
****

Chanyeol memegang tangan Hani dan Hani bingung sekaligus takut dengan sikap namja yang berada dihadapannya itu, ia menarik tangannya kembali.

“Pergi!” ucap Hani. Chanyeol memandang Hani ia tidak yakin bahwa Hani akan mengusirnya disaat-saat terakhirnya.

“Aku tidak akan pergi. Ini, buku ini untukmu.” Chanyeol memberikan buku catatannya pada Hani. Hani tetap diam dan tetap tidak mengerti apa yang terjadi dengan namja itu.

“Aku akan melakukan operasi terakhirku. Dokter bilang penyakitku sudah sangat parah. Sekarang kau lihatkan, kepalaku sudah dibalut kain putih. Maaf dulu aku tidak memberitahumu soal penyakitku ini. Kau menjadi teman yang sangat baik bagiku. Aku juga tidak menolak perasaan ini, aku mencintaimu. Tapi waktu itu kau bilang kita saling menyayangi dan mencintai jadi tidak ada yang namanya kekasih.” Chanyeol mulai menangis saat ia menceritakan kehidupannya dengan gadis yang tidak tau sama sekali itu.

“Ini salahku. Kau lupa ingatan itu karna aku. saat aku masuk rumah sakit, paman Kim menelponmu. Aku tau saat itu kau pasti sangat cemas hingga kau tidak memerhatikan jalan. Ini kesalahanku aku minta maaf. Ini pantas bagiku sebagai hukuman, kau tidak bisa mengingatku lagi. Itu akan mempermudahku untuk pergi… aku tidak perlu khawatir padamu yang nantinya entah sedih atau menjadi pendiam.” Chanyeol menghapus air matanya dan kembali menarik tangan yeoja itu. kali ini Hani tidak menolaknya.

“Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya.”

Chanyeol berdiri dengan kekuatan yang masih ia punya. Ia kemudian mengecup kening Hani. Air mata itu jatuh tepat dipipi mulus Hani. Chanyeol menangis meratapi nasibnya yang selalu malang dan tidak berakhir sesuai dengan apa yang di inginkannya.

Beberapa saat kemudian Chanyeol keluar dari ruang rawat Hani dan saat itu paman Kim tampak khawatir dan cemas saat melihat Chanyeol menangis dan mukanya terlihat pucat. Paman Kim akhirnya membawa Chanyeol untuk melakukan operasi lagi.

Hani memandang catatan itu, ia membuka tiap lembaran-lembaran dari kertas itu. tulisannya begitu rapi. Hani seperti pernah mengalami hal tersebut. Hani pun ingat tentang kertas origami yang berbentuk Bintang yang beberapa hari yang lalu dibawakan oleh Gyu Hee.

Hani membuka tiap lembaran-lembaran kertas origami itu. Entah apa yang ia rasakan tiba-tiba air mata itu jatuh membasahi pipinya. Hani menutup mulutnya menahan isak tangisnya. Semua kertas origami itu berisikan rangkaian kata-kata penyemangat.
‘Yeol-ah, Hwaiting.’
‘semangat ayo lawan penyakitmu!’
‘Aku akan selalu berada disampingmu hingga kau bisa membunuh penyakit itu.’ ‘Aku tau soal penyakitmu jadi semangat.’ ‘Chanyeol dan Hani akan selalu bersama.’ ‘Yakk… kau tampak kurus, pergi minum obat sana.’

Kata-kata tersebut ditulis oleh Hani sendiri.

Hani kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang operasi dimana Chanyeol berada. Ia melihat paman Kim yang ia yakini orang dekat Chanyeol. Hani masih belum mengingat dengan jelas, tapi perasaan itu mengatakan bahwa namja itu ada dalam kehidupannya dan menjadi semangat hidupnya.

Paman Kim terlihat mengangis tersedu-sedu. Sudah beberapa tahun ia merawat Chanyeol dan ia berharap agar operasi berjalan lancar.

Dua orang yeoja paruh baya pun datang. Mereka langsung menanyakan keadaan Chanyeol pada paman Kim. Hani hanya melihat kedua yeoja itu mereka menangis sama seperti dirinya. Perasaan cemas, takut, gugup, dan khawatir pun menjamah ditubuhnya.

Beberapa jam pun berlalu, kini kedua teman Hani sudah berada disampingnya. Mereka menangis takut hal buruk terjadi pada Chanyeol. Termasuk Seul Bi yang sangat benci dengan namja bodoh itu. Mereka saling berpegangan tangan berdoa yang terbaik untuk Chanyeol. Seorang dokter pun keluar dari ruang operasi, ia membuka maskernya dan memandang keluarga pasien. Raut wajah itu, bukan raut wajah yang dikatakan kabar gembira. Dokter itu menggelengkan kepalanya.

“Chanyeo-ahhh hikkkkss….. Chanyeol-ahh….” Ibu Chanyeol mulai histeris saat dokter itu menggelengkan kepalanya. Semua orang saat itu sangt gugup berharap tidak akan terjadi hal buruk.

“Maaf kami tidak dapat menyelamatkannya.” Semua orang ditempat itu menangis histeris, ini hanya sebuah mimpi harapan mereka, tapi itu nyata.
---o0o---


Beberapa bulan berlalu. Gadis itu sudah tidak berada dirumah sakit lagi. Ia kini tengah berada didalam kamarnya yang rapi dan bersih. Dia duduk didekat meja belajarnya. Hani membuka kembali catatan yang diberikan Chanyeol saat mereka pertama dan terakhir kalinya bertemu.

Hani sekarang ingat ketika ia pertama kali bertemu dengan Chanyeol saat akhir tahun. Ia terkunci digudang sekolah bersama Chanyeol karna saat itu Chanyeol hanya datang dan mengunjungi sekolah.

Lembaran berikutnya terbuka, ketika Hani ingat bahwa Chanyeol selalu berkata ‘Jangan percaya pada perasaan tapi percayalah pada akal.’ Karna saat itu ada seseorang yang menyatakan perasaannya pada Hani, tapi bukan Chanyeol.

Kini Hani melirik toples besar yang berisikan penuh origami berbentuk bintang didalamnya. Ia kembali membaca kalimat penyemangat yang sangat menyakitkan itu. Hani seakan tidak kuat lagi untuk membacanya. Air matanya sudah membasahi pipinya. Hatinya sangat sakit, ia menyesal ketika waktu datang ia tidak mengetahui semua yang teramat penting baginya.

“Hikks… Chanyeol-ah…..” Hani menekuk lututnya dan memeluknya. Ia menangis dan terus menangis. Penyesalan memang akan selalu berada diakhir. Ketika kata-kata terakhir itu terus teriang ditelinganya, ia tidak bisa membendung air mata itu lagi.

“Walaupun ingatanmu tidak merasakannya. Aku yakin disini, dihatimu kau pasti merasakannya.”
END

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Best merit casino, free spin casinos, jackpot slots online
It's not just that people are playing free slot machines. We do not support jackpot slots sites. You do not need to 바카라 be in 메리트카지노 a land-based casino 카지노사이트 to play games.

Anonim mengatakan...

Lucky Club Live Casino site
Join Lucky Club Live Casino today! Sign up and enjoy over 100 exciting online casino games 카지노사이트luckclub from Microgaming, including Blackjack, Roulette, Baccarat, 🏆 Lucky Club: Play Here!⭐Rating: 4.1 / 5.0🎲 Total number of games: 1,000+💰 Min Deposit: $/£10

galienakagle mengatakan...

Harrah's Cherokee Casino & Hotel Map & Floor Plans - MapyRO
Find your way around the casino, find where everything is 안성 출장샵 located with these helpful customer 창원 출장안마 reviews:. MapYRO 전라북도 출장샵 The property 포천 출장샵 features 의왕 출장안마 nearly 3,000 slot